Jumat, 03 Februari 2012

MATERI PSIKOLINGUSITIK 1

BAB I
IHWAL PSIKOLINGUSITIK

A.     Pengertian dan Ruang Lingkup Psikolinguistik
Banyak ahli bahasa yang mengemukakan pengertian psikolinguistik.
1.      Foos: Psikolinguistik adalah ilmu yang menelaah tentang apa yang diperoleh seseorang, jika mereka melaksanakan proses perolehan bahasa (language acquisition); bagaimana mereka memperoleh bahasa (producing language and speech); bagaimana mereka menggunakan bahasa dalam proses mengingat dari memahami bahasa itu (comprehension and memory). Psikolinguistik berhubungan erat dengan psikologi kognitif, yakni psikologi yang membahasa tentang pemahaman dan berpikir.
2.      Hartley: Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan mengkomunikasikan ujaran dan dalam akuisisi bahasa.
3.      Charles Osgood dan Thomas Sabeok: Psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses kode dan mengkode seperti orang berkomukasi.
4.      Robert Lado: Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang ada kaitannya dengan itu yang tidak begitu mudah dicapai atau didekati melalui salah satu dari kedua ilmu tersebut secara terpisah atau sendiri-sendiri.
5.      Emmon Bach: Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara atau pemakai suatu bahasa membentuk atau membangun atau mengerti kalimat bahasa tertentu tersebut.
6.      Paul Fraisse: Psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communication and the means offered to us by a language learned in one’s childrood and later (Psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi melalui bahasa  yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya).


Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa Psikolinguistik merupakan salah satu cabang linguistik yang kompleks. Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat- kalimat yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik  adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakekat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakekat struktur bahasa dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur dan pada waktu memahami kalimat-kalimat penuturan itu.
Telah dijelaskan diatas bahwa psikolinguistik sebenarnya gabungan dua disiplin ilmu yakni gabungan linguistik dengan psikologi. Obyek linguistik adalah bahasa dan obyek psikologi adalah gejala jiwa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa obyek psikolinguistik adalah bahasa juga, tetapi bahasa yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dengan gejala jiwa. Dengan kata lain, bahasa yang dilihat dari aspek-aspek psikologi. Orang yang sedang marah akan lain perwujudan bahasanya yang digunakan dengan orang yang sedang bergembira. Titik berat psikolinguistik adalah bahasa, dan bukan gejala jiwa. Itu sebabnya dalam batasan- batasan psikolinguistik selalu ditonjolkan proses bahasa yang terjadi pada otak, baik proses yang terjadi diotak pembicara maupun proses yang terjadi di otak pendengar.
Dengan mencoba menganalisis obyek linguistik dan obyek psikologi serta titik berat kajian psikolinguistik, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup psikolinguistik mencoba memberikan bahasa dilihat dari aspek psikologi dan sejauh yang dapat dipikirkan oleh manusia. Itu sebabnya topik-topik penting yang menjadi lingkupan psikolinguistik adalah:
1.   proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran;
2.   akuisisi bahasa;
3.   pola tingkah laku berbahasa;
4.   asosiasi verbal dan persoalan makna;
5.   proses bahasa pada orang yang abnormal;
6.   persepsi ujaran dan kognisi.

B.     Cabang-Cabang Psikolingistik
Psikolinguistik telah menjadi bidang ilmu yang sangat luas dan kompleks dan berkembang pesat sehingga melahirkan beberapa cabang ilmu psikolinguistik. Di antara cabang ilmu psikolinguistik adalah sebagai berikut.

1.      Psikolinguistik Teoritis
Cabang ilmu ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental manusia dalam berbahasa. Misalnya  dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan kata, rancangan sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan intonasi.

2.      Psikolinguistik Perkembangan
Cabang ilmu ini berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama maupun pemerolehan bahasa kedua. Cabang ilmu ini mengkaji proses pemerolehan fonologi, proses pemerolehan simantik dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap dan terpadu.

3.      Psikolinguistik Sosial
Cabang ilmu ini berkenaan dengan aspek-aspek  sosial bahasa. Bagi suatu manyarakat bahasa, bahasa itu bukan hanya merupakan suatu gejala dan identitas sosial saja, tetapi juga merupakan suatu ikatan batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.

4.      Psikolinguistik Pendidikan
Cabang ilmu ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran dalam kemahiran berbahasa, dan pegetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.

5.      Psikolinguistik Neurology (neuropsikolinguistik)
Cabang ilmu ini mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa dan otak manusia. Para pakar neurology telah berhasil menganalisis struktur biologis otak serta telah memberi nama pada bagian struktur otak itu. Namun ada pertanyaan yang belum dijawab secara lengkap yaitu apa yang terjadi dengan masukan bahasa dan bagaimana keluaran bahasa diprogramkan dan dibentuk dalam otak itu.

6.      Psikolinguistik Eksperimen
Cabang ilmu ini meliputi dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa pada satu pihak dan prilaku berbahasa dan akibat berbahasa pada pihak lain.

7.      Psikolinguistik Terapan
Cabang ilmu ini berkaitan dengan penerapan dari temuan enam cabang ilmu psikolinguistik di atas ke dalam bidang tertentu yang memerlukannya. Yang termasuk cabang ilmu terapan ini ialah psikologi, linguistik, pertuturan dan pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran membaca neurology, psikistri, komunikasi dan sastra.

C.     Perkembangan dan Tokoh-Tokoh Pakar Psikolinguistik
Pada awalnya, psikolinguistik bukanlah ilmu mandiri yang dikaji secara khusus. Psikolinguistik merupakan ilmu yang dikaji secara terpisah baik oleh pakar linguistik maupun pakar psikologi. Istilah psikolinguistik sendiri pertama kali digunakan oleh Thomas A. Sebeok dan Charles E. Osgood pada tahun 1954 pada sebuah buku yang berjudul Psycholinguistik: A Survey of Theory and Research Problems. Walaupun sebetulnya, pengkajian ilmunya telah dimulai sejak zaman Sokrates dan Panini.
Dua aliran filsafat, yakni empirisme dan rasionalisme turut berkontribusi dalam perkembangan pemikiran para ilmuwan di dua ranah ilmu tadi. Filsafat empirisme menganggap bahwa ilmu merupakan objek kajian yang dapat dikenali secara inderawi. Filsafat ini erat kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran ini mengkaji objek ilmu dengan menganalisis unsur-unsur pembentuknya sampai sekecil-kecilnya. Aliran filsafat rasionalisme mengkaji bahwa akal sebagai faktor yang harus dikaji agar memahami perilaku manusia. Turunan aliran rasionalisme ini adalah faham nativisme, idealisme, dan mentalisme.

Beberapa tokoh linguistik yang tertarik untuk mengkaji bahasa secara psikologi adalah Von Humbolt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir, Leonard Bloomfield, dan Otto Jespersen.
Von Humbolt (1767-1835) ialah ahli linguistik asal Jeman yang membandingkan tatabahasa antarbahasa yang berlainan dengan tabiat penutur bahasa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tatabahasa suatu bangsa menunjukkan pandangan hidup bangsa tersebut. Von Humbolt sangat dipengaruhi aliran rasionalisme yang menganggap bahwa bahasa adalah bagian yang tidak dapat dipotong-potong atau diklasifikasikan seperti pada pendapat aliran empirisme.
Ferdinand de Saussure (1858-1913), dalam perkuliahannya memperkenalkan tiga istilah penting dalam linguistik, yaitu langue, langage dan parole. Langue bermakna bahasa tertentu yang masih bersifat abstrak, langage bermakna bahasa yang bersifat umum, sedangkan parole merupakan bahasa tuturan secara konkret. Saussure menegaskan bahwa kajian linguistik adalah langue, sedangkan objek kajian psikologi adalah parole. Oleh karena itu, linguis berkebangsaan Swiss ini berpendapat, jika ingin mengkaji bahasa secara utuh, maka ilmu yang dapat mengkajinya adalah linguistik dan psikologi.
Edward Sapir (1884-1939), mengkaji hubungan antara bahasa dengan pikiran. Berdasarkan kajiannya, linguis dan antropologis asal Amerika ini berkesimpulan bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang menentukan struktur pikiran manusia. Dia pun menambahkan bahwa linguistik dapat berkontribusi pada teori psikologi Gestalt, begitu pula sebaliknya.
Leonard Bloomfield (1887-1949), pada perkembangan ilmunya banyak dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang bertentangan, yakni behaviorisme dan mentalisme. Pada awalnya, linguis Amerika ini mengkaji bahasa dengan pendekatan mentalisme. Dia berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman luar biasa, terutama karena penjelmaan tekanan emosi yang sangat kuat. Karena tekanan emosi itulah maka akan keluar ucapan atau kalimat berbentuk eklamasi, lalu keluar keinginan berkomunikasi berupa deklarasi. Jika keinginan deklarasi ini keluar dalam bentuk keingintahuan maka keluarlah interogasi. Pada tahun 1925 Bloomfield meninggalkan aliran empirisme dan beralih pada aliran behaviorisme, yang memunculkan teori bahasa “linguistik struktural” dan “linguistik taksonomi”.
Otto Jesperson, beraliran mentalistik dan berbau behaviorisme. Jesperson berpendapat bahwa bahasa bukanlah suatu wujud pengertian satu benda tetapi merupakan fungsi-fungsi lambang di dalam otak manusia yang melambangkan pikiran. Menurutnya, satu kata pun dapat diwujudkan dalam perilaku.

Pada perkembangannya, ada beberapa pakar psikologi yang juga mengkaji psikologi secara linguistis. Pakar-pakar itu adalah John Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, dan Weiss.
John Dewey (1859-1952) merupakan psikolog kebangsaan Amerika yang menganut empirisme murni. Beliau menafsirkan bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. Beliau menyarankan agar penggolongan kata-kata untuk anak-anak berdasarkan pada makna yang dipahami anak-anak.
Karl Buchler, ialah pakar psikologi kebangsaan Jerman. Beliau menulis buku berjudul Sparch Theorie (1934) yang menyatakan bahwa bahasa manusia memiliki tiga fungsi yang disebut Organon Modell der Saprch yaitu Kungabe (Ausdruck) Appell (Auslosung) dan Darstellung. Kungabe adalah tindakan komunikatif berwujud verbal. Appell adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain. Darstellung adalah penggambaran masalah pokok yang dikomunikasikan.
Wundt (1932-1920), ialah pakar psikologi Jerman yang pertama kali mengembangkan teori mentalistik bahasa. Wundt mengjelaskan bahasa alat untuk melahirkan pikiran. Hal ini terjadi karena terdapat perasaan-perasaan serta gerak-gerak yang melahirkan bahasa secara tidak sadar. Menurut Wund, satu kalimat merupakan suatu kejadian akal yang terjadi secara serempak. Wundt pun terkenal dengan teori performansi bahasa (language performance). Teori ini menjelaskan dua aspek, yakni fenomena luar (citra bunyi) dan fenomena dalam (rekaman pikiran).
Watson (1878-1958), menyamakan antara perilaku berbahasa dengan perilaku lainnya seperti makan, berjalan, dll. Perilaku bahasa menurut Watson adalah hubungan stimulus-respons (S-R) yang menyamakan perilaku kata-kata dengan benda-benda. Dengan demikian, pakar psikologi berkebangsaan Amerika ini menganut aliran psikologi behaviorisme.
Weiss, mengakui adanya aspek mental dalam bahasa. Hanya saja, karena wujud bahasa tidak tampil secara fisik maka sukar dikaji dan diwujudkan kecuali jika bahasa berada pada konteks sosialnya. Weiss banyak berjasa bagi perkembangan awal psikolinguistik, beberapa masalah yang berhasil dipecahkan Weiss secara psikologi-bahasa menurut alirannya, behaviorisme adalah:
a.    bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas terhadap suatu stimulus;
b.   pada dasarnya, perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke dalam organisasi gerak syaraf;
c.    perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragamkan kegiatan seseorang sebagai hasil warisan dan hasil perolehan;
d.   Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap suatu respons;
e.    respons bahasa sebagai suatu stimulus pengganti untuk benda dan keadaan yang sebenarnya memungkinkan kita untuk memunculkan kembali suatu hal yang pernah terjadi, dan menganalisis kejadian ini dalam bagian-bagian.

Kerja sama kedua disiplin ilmu ini pertama kali berlangsung pada tahun 1860. Pada saat itu, Heyman Steinthal seorang ahli psikologi yang beralih menjadi linguis dan Moritz Lazarus ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi menerbitkan jurnal “Zeitschrift fur Volkerpsychologie und Sparch Wissenschaft” (Jurnal Psikologi sosial dan Linguistik).
Menurut Steinthal, ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa ilmu linguitik. Pada tahun 1901, Albert Thumb (ahli linguistik) dan Karl Marbe (ahli psikologi) menerbitkan buku berjudul Experimentelle Untersuchungen iiber die PsychologishenGrundallen der Sparchichen Analogiebieldung. Kedua pakar tadi menggunakan kaidah-kaidah psikologi eksperimental untuk meneliti hipotesis-hipotesis linguistik yang menghasilkan pengaruh sangat kuat akan lahirnya psikolinguistik. Sebuah lembaga sosial Amerika bernama Social Science Research Council menyelenggarakan sebuah seminar tahun 1951 mempertemukan para pakar linguistik, psikologi, patologi, ahli-ahli teori informasi, dan pembelajaran bahasa. Mereka merumuskan hubungan kerjasama antara psikologi dan linguistik. Kemudian pada tahun 1953, Osgood (linguis), Sebeok (linguis), dan Caroll (ahli psikologi) bertemu dalam seminar di Universitas Indiana Amerika Serikat. Pertemuan ini menghasilkan buku Pscholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems. Buku ini kemudian disunting oleh Osgoods dan Sebeok. Inilah buku psikolinguistik pertama yang menggunakan istilah psikolinguistik. Sebelumnya Albert Thumb dan Karl Marbe tidak memakai nama itu. Tahun 1946, N.H. Pronko dalam artikelnya yang berjudul “Language and Psycholinguistics: A Review” dimuat dalam jurnal Psychological Bulletin. Pronko mengaku istilah psikolinguistiknya diperoleh dari gurunya Jacob Robert Kantor dalam buku An Objective Psycology of Grammar (1936). Dasar-dasar ilmu psikologi menurut Osgoods dan Sebeok adalah sebagai berikut.
a.      Psikolinguistik adalah suatu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sistem elemen yang saling berhubungan erat.
b.     Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut behaviorisme) yang berdasar pada bahasa yang dianggap sebagai sistem tabiat.
c.      Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai alat untuk menyampaikan suatu benda.

Dibukanya program khusus psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R. Brown merupakan tanda formal ilmu ini adalah disiplin mandiri. Sarjana pertama disiplin ilmu ini adalah Eric Lenneberg. Pakar lain yang kemudian muncul adalah Leshley, Osgoods, Skinner, Chomsky, dan Miller yang kesemuanya sangat berjasa bagi perkembangan psikolinguistik. Pada tahun 1957 Skinner menerbitkan buku Verbal Behaviour. Pada tahun yang sama Chomsky mengeluarkan buku Syntactic Structure. Kemudian Leshley berpendapat bahwa lahirnya suatu ucapan bukanlah pertalian serentetan respeons tetapi merupakan kejadian serempak, dan secara tidak langsung struktur sintaksis ucapan itu dihubungkan dengan bentuk urutannya. George Miller dalam artikelnya yang berjudul “The Psycolinguistics” (1965) menjelaskan bahwa lahirnya ilmu psikolinguistik karena kontribusi ilmu psikologi yang mengakui bahwa akal manusia menerima lambang-lambang linguistik, sedangkan linguistik mengakui bahwa diperlukan psiko-motor-sosial untuk menggerakkan tata bahasa. Miller pun memperkenalkan teori generatif transformasi Chomsky yang menganggap bahwa bahasa merupakan kemampuan manusia yang sangat rumit. Oileh karena itu, tugas peikolinguiatik adalah meneliti kemampuan yang rumit itu dengan terperinci. Miller pun menegaskan bahwa bahasa bukan hanya mempermasalahkan arti tetapi bagaimana kekmampuan manusia dalam mengatur syaraf-sayaraf atau kalimat-kalimat baru yang sangat berguna.

Jika disimpulkan, pada awalnya, psikolinguistik beraliran behaviorisme. Namun, berdasarkan perkembangannya yang bersifat mentalis dan mencoba menjelaskan hakikat rumus yang dihipotesiskan, maka kajian psikolinguistik pun semakin berkembang pada arah kognitif. Lahirnya tata bahasa generatif oleh Chomsky merupakan inovasi tersendiri di bidang ini. Oleh karena itu, Chomsky disebut sebagai “Bapak Linguistik Modern” sedangkan Wilhem Wundt disebut sebagai “Bapak Psikolinguistik Klasik”.

Perkembangan disiplin ilmu psikolinguistik telah merangsang Mehler dan Noizet untuk menulis artikel “Vers une Modelle Psycholinguistique du Locuter” (1974) yang dimuat di Textes Pour une Psycholinguistique. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa ada tiga generasi perkembangan psikolinguistik.
Psikolinguistik generasi pertama ini ditandai oelh penulisan artikel “Psycholinguistics : A Survey of Thery and Research Problems” yang disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka kedua tokoh ini dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama. Titik pandang Osgoods dan Sebeok dipengaruhi aliran behaviorisme. Menurut Parera (1996) dalam Abdul Chaer generasi pertama memiliki tida kelemahan:
a.      adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa yang memandang bahwa bahasa bukanlah satu tindakan atau perbuatan manusiawi melainkan dipandang sebagai satu stimulus-respons;
b.      psikolinguistik bersifat atomistik. Sifat ini nampak jelas ketika Osgoods mengungkapkan teori pemerolehan bahasa bahwa jumlah pemerolehan bahasa adalah kemampuan untuk membedakan kata atau bentuk yang berbeda, dan kemampuan untuk melakukan generalisasi;
c.       bersifat individualis. Teorinya menekankah pada eprilaku berbahasa individu-individu yang terisolasi dari amsyarakat dan komunikasi nyata.
Tokoh lain psikolinguistik generasi pertama ini adalah Bloomfoeld dan Skinner.
Teori-teori generasi pertama ditolak oleh beberapa tokoh seperti Noam Chomsky dan George Miller. Menurut Mehler dan Noizet, psikologi generasi kedua telah mengatasi ciri-ciri atomistik psikolinguistik. Psikologi generasi ini berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh, melainkan kaidah dan sistem kaidahnya. Di sini, orientasi psikologis digantikan oleh orientasi linguistik. Penggabungan antara Miller dan Chomsky merupakan penggabungan model-model linguistik tatabahasa Chomsky yang relatif berbeda dengan proses-proses psikologi. Malah Mehler dan Noizet mengatakan bahwa psilinguistik generasi kedua anti-psikologi. Tokoh fase ini lebih mengarah pada manifestasi ujaran sebagai bentuk linguistik. G.S. Miller dan Noam Chomsky menyatakan beberapa hal tentang psikolinguistik generasi kedua ini dalam artikel “Some Preliminaries to Psycholinguistics” berikut ini.
a.      Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang, dan tidak semua ciri-ciri yang etrang dalam ujaran mempunyai representasi fisik.
b.      Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkan. Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut antar hubungan simbol-simbol atau lambang-lambang. Respons yang terpenggal-penggal terlalu menyederhanakan manka secara keseluruhan.
c.       Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan-satuan interaksi anatara makna kata yang terdapay dalam kalimat tersebut. Kalimat-kalimat itu tersusun secara hierarkis, tetapi belum cukup menjelaskan wujud luar linguistik.
d.      Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan tidak terbatas jumlahnya. Pengetahuan seseorang akan bahasa harus dikaitkan dengan kemampuan seseorang menyusun bahasa dalam sisitem sintaksis dan semantik.
e.      Harus dibedakan antara pendeksripsian bahasa denga pendeskripsian pemakaian bahasa. Seorang ahli psikolinguistik harus merumuskan model-model pengejawantahan bahasa yang dapat meliputi pengetahuan kaidah bahasa.
f.        Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini tidak tergantung apada intelegensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada “manusia”.
Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka mengakui bahasa telah melampaui batas kalimat. Namun, pada kenyataannya, analisis mereka baru sampai pada tahap kalimat saja, belum pada wacana. Kekurangan analisis pada psikolinguistik generasi kedua kemudian diperbaharui oleh psikolinguistik generasi ketiga. G. Werstch dalam bukunya Two Problems for the New Psycholinguistics memberi karakteristik baru ilmu ini sebagai “psikolinguistik baru”. Beberapa ciri psiklonguistik generasi ketiga ini adalah sebagai berikut.
a.      Orientasi mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Seperti yang diungkapkan Fresse dan Al Vallon (Prancis) dan psikolog Uni Soviet, telah terjadi proses serempak dari informasi psikologi dan linguistik.
b.      Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat”, dan lebih mengarah pada “psikolnguistik situasi dan konteks”.
c.       Adanya pergeseran dari analisis proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran.
Sebetulnya, psikolinguistik di Rusia lebih dahulu berkembang dari pada di negara-negara Barat. Hal ini terjadi karena sejak awal psikolinguistik di Rusia telah memperhitungkan perilaku komunikasi dan perpikiran dalam analisis psikolinguistik. Selain itu, psikolinguistik di Rusia dikenal dengan istilah “Teori Aktivitas Ujaran” yang mendasarkan dirinya pada postulat bahwa perilaku manusia bersifat aktif, porpusif, dan inovatif. Postulat ini di negara batar belum tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar